Home » , , , » kisah Dari Balik Jilbab atau Cadar

kisah Dari Balik Jilbab atau Cadar

Written By rio on Friday, December 7, 2012 | Friday, December 07, 2012


Terlalu dini, untuk mengatakan hidup ini sangat indah disaat usia kita masih muda atau bahkan baru beranjak dewasa. Mungkin inilah penggalan beberapa bait kata dari sekian kalimat sederhana, dari mereka wanita – wanita bercadar tertutup ala pesolek Timur Tengah. Yang kerap kita jumpai, dilingkungan sekitar kita.


Dan siapa yang sangka, ketika dewasa kelak. Mereka akan mendapatkan predikat Teroris, didepan nama  mereka. Meski dahulu & kini,  mereka tak pernah mengenal apa itu makna dari kata Teroris yang sebenarnya. Benar atau tidak, namun inilah realita yang selalu berbicara fakta nyata.

Hanya karena memakai cadar nan tertutup, yang tak selayaknya dikenakan oleh wanita pada umumnya. Mereka dijadikan objek sasaran empuk, dari sifat buruk sangka lingkungan sekitar. Mereka yang  tak paham atau kami yang sebenarnya tak paham, biarlah kami sendiri ya tahu jawabannya cepat atau lambat. 

Disaat wanita pada umumnya, sering tampil seksi nan penuh sensasi. Layaknya sosialita kaum urban saat ini, yang selalu berdandan layaknya pelacur jalanan yang siap digoda. Aneh mungkin kalimat yang sering mereka keluhkan dari peralihan detik menuju menit.

Sementara mereka, hanya termenung sepi & sendiri. Akibat gosip murahan sekitar, hingga terasing dari pergaulan adalah pengalaman yang konkret, yang sering mereka rasakan hingga tak tahu mana itu teman mana itu lawan. Padahal mereka juga wanita normal seperti  pada umumnya yang bisa hamil, menyusui & melahirkan.  

Sudahlah memang terkadang hukum sosial manusia lebih kejam, dari pada hukuman Tuhan. Hingga hal sepele pun, terkadang menjadi besar & berkembang menjadi hal negatif. Hidup memang menyajikan banyak pilihan, singkatnya memang begitu. Ketika ditanya mengapa mereka memilih hal tersebut.  Meski dibalik itu semua kita tahu, ada alasan agama yang menjadi faktor utama & penentu yang tidak bisa di elakan begitu saja oleh mereka.

Karena religuisitas manusia kepada Sang Pecipta, mempunyai hukum mutlak yang tak bisa diganggu gugat. Terkecuali sudah melanggar norma kehidupan & kita pun ketahui akan aturan mainnya. Namun terkadang lupa, akan praktek dikehidupan nyatanya. 

Kesimpulan : Berbeda bukan alasan untuk tak saling menghargai satu sama lain

0 komentar:

Post a Comment